Kamis, 29 FEBRUARI 2024 • 20:40 WIB

Sejarah Dugderan: Upacara Multikultural Sambut Awal Ramadan di Semarang

Author

Sejarah Dugderan: Upacara Multikultural Sambut Awal Ramadan di Semarang

INDOZONE.ID - Setiap tahun, menjelang kedatangan bulan Ramadan, kota Semarang di Jawa Tengah menyelenggarakan sebuah upacara unik yang mencerminkan perpaduan harmonis antara tiga etnis yang dominan di masyarakat, yaitu Jawa, Tionghoa, dan Arab.

Upacara ini dikenal sebagai "dugderan", yang berasal dari kata "dukdar" yang berarti bunyi bedug yang ditabuh dan dander, bunyi tembakan meriam yang menjadi pertanda akan datangnya awal Ramadan.

Baca Juga: 3 Tempat Wisata di Semarang yang Horor dan Penuh Mitos Tapi Tetap Populer

Latar Belakang Sejarah Dugderan

Latar Belakang Sejarah Dugderan

Dugderan, menurut catatan sejarah, mulai berlangsung sejak tahun 1881, pada masa kepemimpinan Bupati RMT Purbaningrat di Semarang.

Upacara ini muncul sebagai tanggapan terhadap perbedaan pendapat di masyarakat tentang awal dimulainya puasa Ramadan.

Untuk menyamakan persepsi, disepakati untuk menabuh bedug di Masjid Agung Kauman dan meriam di halaman kabupaten, yang dibunyikan masing-masing tiga kali, diikuti dengan pengumuman awal puasa di masjid.

Merayakan Keragaman Budaya Dugderan di Semarang 

Merayakan Keragaman Budaya Dugderan di Semarang

Dugderan menjadi momen perayaan multikultural yang menarik minat masyarakat Semarang dan sekitarnya.

Para pedagang memadati area sekitar dengan menjajakan beragam dagangan, mulai dari minuman, makanan, hingga mainan anak-anak, seperti perahu-perahuan, celengan, seruling, dan gangsing.

Warak Ngendog: Simbol Harmoni Etnis

Warak Ngendog: Simbol Harmoni Etnis

Salah satu ikon dalam upacara dugderan adalah "warak ngendog", yang merupakan representasi dari perpaduan kultur Arab, Islam, Jawa, dan Tionghoa.

Warak ngendog berwujud hewan berkaki empat dengan kepala mirip naga, menunjukkan harmoni antar-etnis yang kental di kota ini.

Kehadirannya memperlihatkan keterkaitan yang harmonis antar-etnis, membuka peluang terciptanya proses akulturasi budaya yang semakin intensif.

Merayakan Keragaman, Menyatu dalam Harmoni

Sejarah Dugderan: Upacara Multikultural Sambut Awal Ramadan di Semarang

Dugderan tidak hanya sekadar upacara awal Ramadan, tetapi juga merupakan perayaan keragaman budaya yang memperkuat ikatan sosial dan harmoni antar-etnis.

Di tengah perbedaan, masyarakat Semarang menunjukkan bahwa keberagaman adalah kekuatan, dan dalam kesatuan, mereka merayakan kedatangan bulan Ramadan dengan penuh semangat dan kebersamaan.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Semarangkota.go.id