INDOZONE.ID - Apa jadinya kalau ada perang yang sampai dilupakan oleh para pihak yang terlibat di dalamnya karena alasan "sudah bosan"?
Atau apa jadinya kalau ribuan prajurit harus bikin perjanjian damai dengan musuh yang jumlahnya cuma 8 orang?
Atau bagaimana dengan pertempuran di masa Perang Saudara AS yang mengakibatkan banyak sekali sarang lebah hancur, tanpa ada satupun korban luka maupun korban tewas di dalamnya?
Berikut ini 6 peristiwa perang yang tak memakan korban jiwa:
1. Perang 335 Tahun antara Belanda-Sisilia
Konon katanya, perang ini terjadi di tanggal 30 Maret 1651. Akan tetapi, para sejarawan masih memperdebatkan tanggal awal meletusnya perang ini sampai sekarang.
Ada juga yang menyebutkan kalau peristiwa Perang 335 Tahun ini adalah sebuah hoax atau dongeng semata.
Dalam penuturan sejarawan yang mengklaim kebenaran dari peristiwa Perang 335 Tahun, semuanya berawal dari kejadian Perang Saudara Inggris.
Para tentara yang pro kerajaan Inggris atau disebut sebagai kubu Royalis melarikan diri ke Kepulauan Sisilia.
Karena tentara Belanda menjadi sekutu dari kubu kontra kerajaan Inggris atau disebut sebagai kubu Parlemen, setelah mendengar kabar tentang adanya tentara Royalis yang lari ke Sisilia.
Mereka mengejar pasukan Royalis untuk meminta ganti rugi karena telah merusak wilayah mereka saat bertarung melawan pasukan Parlemen.
Pasukan Belanda yang dipimpin oleh Letnan-Laksamana Maarten Harpertszoon Tromp pergi ke Sisilia untuk menjalankan tugasnya sebagai penagih ganti rugi kepada pasukan Royalis.
Tapi saat sampai di Sisilia, Tromp ditolak mentah-mentah oleh pasukan Royalis. Kesal karena mendapat penolakan dari pasukan Royalis, Tromp menyatakan perang terhadap pasukan Royalis yang ada di Sisilia.
Tetapi, belum sempat kedua pihak bertarung, pasukan Royalis langsung "mengibarkan bendera putih".
Singkat cerita di tahun 1986, sejarawan Sisilia yang bernama Roy Duncan baru "ngeuh" kalau selama mempelajari perang antara Belanda dan Sisilia di tahun 1651, kedua pihak tidak pernah membuat perjanjian damai sama sekali.
Akibatnya, Roy takut kalau Belanda "masih marah" kepada Sisilia akibat kejadian di tahun 1651.
Roy pun mengundang Duta Besar Belanda saat itu, Jonkheer Rein Huydcoper untuk meresmikan perjanjian damai antara kedua belah pihak. Pertemuan mereka dilaksanakan pada 17 April 1986.
Lucunya, saat Dubes Huydcoper memenuhi undangannya Roy, Ia malah baru tahu kalau selama ini negaranya masih ada "urusan yang belum terselesaikan" dengan Kepulauan Sisilia.
Karena ketidaktahuannya ini, Huydcoper sampai meminta maaf kepada Roy dan seluruh masyrakat Sisilia. Semenjak itu, perjanjian damai antara Belanda dan Sisilia resmi disahkan.
2. Perang Ketel
Sebelum kita bahas asal-usul nama kejadian ini, biar kita bahas dulu bagaimana perang ini bisa terjadi. Belanda saat itu sedang bersitegang dengan Austria yang saat itu masih menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi Suci.
Dalam salah satu momen bentrokan di antara mereka, Spanyol yang saat itu beraliansi dengan Austria memperebutkan Sungai Scheldt dengan pasukan Belanda, sebagai jalur perdagangan utama.
Perebutan ini berawal sejak tahun 1648, dimana Spanyol berusaha minta jatah atas pembagian Sungai Scheldt sesuai dengan Perjanjian Westphalia. Namun sayang, mereka gagal mendapatkan jatah itu.
Lanjut ke tahun 1714, Spanyol "mengadu" kepada Austria agar mendapatkan jatah Sungai Scheldt dari Belanda.
Lagi-lagi, upaya tersebut gagal. Kesal karena terus-terusan gagal, pasukan Austria mulai melancarkan serangan kepada pasukan Belanda.
Puncaknya di tahun 1784, armada Austria menyerbu armada Belanda yang sedang berlayar dengan tenang di Sungai Scheldt.
Secara jumlah, armada Austria berada jauh di atas angin. Akan tetapi, di sinilah plot twist-nya terjadi.
Hanya dengan menembakkan satu bola meriam saja, armada Belanda berhasil bikin nyali armada Austria ciut. Mereka langsung “melambaikan tangan ke kamera” dan menyerahkan diri untuk ditangkap oleh armada Belanda.
Merasa malu karena dipermalukan oleh Belanda, Austria memutuskan untuk mengakhiri perebutan Sungai Scheldt pada tahun 1785 lewat Perjanjian Fontainebleau.
Nah, setelah mengetahui bagaimana alur cerita Perang Ketel, kita bahas darimana asal-usul nama peristiwa tersebut.
Fakta menariknya, saat armada Belanda menembak kapal armada Austria, ternyata meriamnya mengenai sebuah ketel yang ada di atas kapal.Hanya karena itulah, Austria sampai menyerah dari armada Belanda.
3. Perang Huescar-Denmark
Buat yang belum tahu, Huescar adalah sebuah kota madya yang berada di Granada, Spanyol. Nah, pertanyaannya adalah bagaimana bisa sebuah kota madya di Spanyol dengan “berani” menantang sebuah negara besar seperti Denmark?
Semuanya bermula usai kekalahan pasukan Perancis dibawah pimpinan Napoleon Bonaparte.
Pasca kekalahannya dalam peristiwa Perang Napoleon di tahun 1809, terciptalah perdamaian dan keseimbangan di negara-negara kawasan Eropa Barat, termasuk Spanyol dan Denmark.
Di saat negaranya sudah berdamai dengan Denmark, Huescar sebagai salah satu kota madya di Spanyol malah berniat untuk memicu peperangan dengan Denmark.
Meski hanya memiliki 8 orang prajurit, mereka yakin akan kemenangan di depan mata. Tapi sayangnya, tidak pernah ada satupun bentrokan antara Huescar dengan Denmark.
Setelah 172 tahun berlalu, pemerintah Granada baru menemukan surat deklarasi perang yang dibuat oleh pasukan Huescar terhadap Denmark, yang artinya peristiwa ini bisa dikatakan sebagai perang sepihak saja.
Supaya Perang Huescar-Denmark dinyatakan berakhir secara resmi, pemerintah Granada mengundang perwakilan Denmark untuk membuat perjanjian damai antara kedua belah pihak.
Setelah perjanjian damai dibuat, festival budaya pun dilakukan untuk merayakan perdamaian antara Granada dan Denmark.
Pada festival tersebut, para warga Denmark yang berkunjung ke Granada mengenakan kostum prajurit Viking.
Di sisi lain, warga Granada memamerkan dan menjual berbagai macam pernak-pernik khas kebudayaan Spanyol kepada para tamu festival.
4. Perang Madu
Kejadian ini terjadi di tahun 1839 dan melibatkan 2 negara bagian di AS, yakni Iowa dan Missouri. Inti permasalahannya sendiri sangatlah sederhana, yaitu cuma memperebutkan batas negara bagian saja.
Satu waktu, warga Missouri pergi ke perbatasan untuk melakukan survei terkait titik batas negara bagian yang baru.
Di sisi lain, pemerintah Iowa tidak suka kalau batas negara bagiannya diusik oleh warga Missouri. Tentu saja hal tersebut membuat mereka marah dan mulai menaikkan tensi antara kedua negara bagian.
Sebagai tindakan perlawanan, pihak negara bagian Missouri menyuruh seorang sheriff bernama Uriah Gregory sebagai penagih pajak di perbatasan Iowa-Missouri.
Pihak Iowa pun tidak tinggal diam, mereka mengusir sang sheriff dari wilayah mereka. Ia menolaknya dan langsung merobohkan pohon yang didalamnya terdapat sarang Lebah untuk dijadikan perbatasan negara bagian yang baru.
Tak lama setelah itu, sang sheriff ditangkap oleh pihak berwenang Iowa.
Pemerintah Missouri yang kehilangan kabar sheriff Gregory langsung menyiapkan pasukan untuk menyerang Iowa.
Sementara itu, pihak Iowa juga sudah menyiapkan pasukannya untuk berjaga-jaga jika suatu saat mereka akan diserang oleh pihak Missouri karena menangkap sheriff mereka.
Pasukan dari kedua belah pihak pun sudah bersiap-siap untuk adu senjata di wilayah perbatasan.
Namun saat pertempuran hendak dimulai, mereka semua berpikir kalau ternyata tidak ada gunanya menyelesaikan masalah batas negara lewat kekerasan.
Pada akhirnya, pasukan Missouri dan Iowa pun melakukan perburuan terhadap hewan liar di hutan sekitar perbatasan.
Setelah itu, bangkai Rusa yang jadi hewan buruan mereka dipasang di pohon untuk menandakan batas wilayah baik di Missouri maupun Iowa.
Karena ulah sheriff Gregory yang menebang pohon bersarang Lebah untuk dijadikan perbatasan negara bagian, kejadian ini diabadikan sebagai Perang Madu.
Dan seperti yang kita tahu kalau Madu tercipta dari sarang Lebah. Bukan cuma sarang Lebah yang jadi “korban” dalam peristiwa ini, tapi juga pohon dan Rusa.
5. Perang Babi
Sejak dulu, AS dan Inggris selalu diceritakan sebagai 2 negara adidaya yang tidak pernah akur. Tak jarang mereka seringkali terlibat dalam berbagai peristiwa perang, termasuk yang satu ini.
Di Pulau San Juan tahun 1859, sempat terjadi rebutan kepemilikan atas pulau tersebut. Saat itu, perusahaan Hudson’s Bay Company milik Inggris menjadi pemilik utama dari Pulau San Juan.
Pada 15 Juni 1859, seorang peternak AS bernama Lyman Cutler menembak seekor Babi yang sedang melahap Kentang di lahannya Cutler.
Mengetahui hal tersebut, pihak Inggris pun murka kepada Cutler karena sudah menembak mati Babi yang ternyata adalah milik Hudson’s Bay Company.
Cutler melaporkan tindakan Inggris kepada militer AS dan langsung mendapat respon.
Prajurit AS dan Inggris pun bersiap-siap untuk berperang satu sama lain di Pulau San Juan, sekaligus untuk menetapkan pemilik pasti dari pulau tersebut.
Beruntung, petinggi pemerintah AS dan Inggris berhasil melerai kedua pasukan sebelum peperangan terjadi.
Mereka juga berhasil menenangkan pasukannya agar pertumpahan darah tidak sampai terjadi di Pulau San Juan.
Baca Juga: Perang Mafia Castellamarese: Perang Tak Terelakkan di Dunia Mafia
Singkat cerita dengan diresmikannya Perjanjian Washington, Pulau San Juan kini resmi menjadi milik AS. Dalam peresmiannya, Kaiser Wilhelm I dari Jerman menjadi saksi pada saat acaranya berlangsung.
Dengan begitu, hanya karena Babi milik perusahaan Inggris ditembak mati oleh peternak AS, peristiwa ini dikenal sebagai Perang Babi.
6. Perang Lobster
Untuk peristiwa yang terakhir ini kejadiannya melibatkan Perancis dan Brazil sebagai karakter utamanya.
Sekitar tahun 1961, nelayan dari Perancis sedang memancing Lobster di perairan Afrika. Sayangnya, mereka gagal dalam upayanya.
Nelayan Perancis pun pindah ke perairan Amerika Selatan karena menurut mereka, Lobster akan banyak ditemukan di perairan dengan suhu yang lebih hangat.
Benar saja, para nelayan itu berhasil mendapat tangkapan yang banyak.
Tapi, kegiatan mereka membuat pihak berwenang Brazil marah karena sudah melakukan pemancingan ilegal di wilayah perairan mereka.
Saat diinterogasi, nelayan Perancis beralasan kalau Lobster yang mereka cari berenang ke perairan Amerika Selatan yang kebetulan merupakan wilayahnya Brazil.
Dan seharusnya, hal tersebut diwajarkan karena pada kenyataannya memang seperti itulah kehidupan alam bekerja.
Armada Brazil pun tidak terima dengan alasan para nelayan, menurut mereka semua hewan laut yang ada di perairan mereka hanya boleh ditangkap oleh warga negaranya saja.
Siapapun yang melanggarnya harus mendapatkan sanksi yang tegas.
Akhirnya, para nelayan Perancis diusir dari wilayah perairannya Brazil dengan tangan kosong. Semua Lobster tangkapan mereka kembali dilepaskan ke habitatnya.
Akan tetapi, nelayan Perancis mengadukan masalah mereka ke pemerintahan, yang mana membuat murka Presiden Perancis saat itu, Charles De Gaulle.
Perancis pun mengerahkan armada lautnya ke Brazil sebagai bentuk perlawanan mereka terhadap Sang Negeri Samba.
Brazil pun turut melakukan serupa, mereka meminta Perancis untuk mundur dalam waktu 48 jam.
Akan tetapi, peringatan dari Brazil itu terus berlanjut sampai 26.280 jam atau 3 tahun lamanya.
Meski tetap menolak untuk mundur dari perairan Brazil selama 3 tahun, nyatanya tidak pernah terjadi pertarungan apapun antara Perancis dan Brazil.
Pada akhirnya, bentrokan antara kedua negara tersebut resmi berakhir sembari mengajak ilmuwan untuk memastikan apakah Lobster bergerak dengan cara berenang atau berjalan.
Dari sini, kita bisa tahu kalau Lobster dapat bergerak di dalam air dengan cara berjalan.
Writer: Victor Median
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Wikipedia