Fakta Nama Jatinegara, Simbol Perlawanan Terhadap Belanda dan Kisah Rawa Bangke Bikin Merinding
INDOZONE.ID - Wilayah Jatinegara yang berlokasi di Jakarta Timur, merupakan daerah padat penduduk yang terkenal sebagai tempat perniagaan dan mempunyai stasiun kereta peninggalan kolonial Belanda.
Selain Glodok di Jakarta Barat, Jatinegara merupakan daerah pecinan besar yang ada di Jakarta. Lokasinya strategis menghubungkan wilayah selatan dan utara Jakarta.
Jatinegara mempunyai nilai historis yang tak bisa dipisahkan dari berkuasanya Belanda di Batavia kala itu. Asal usul nama Jatinegara mempunyai beberapa versi.
Ada yang menyebut nama Jatinegara diberikan karena di wilayah ini dahulunya merupakan hutan jati. Namun versi lain menyatakan bahwa Jatinegara berasal dari bahasa Sunda Jatina Nagara yang menyiratkan simbol perlawanan Kesultanan Banten terhadap kolonial Belanda.
Dikisahkan bahwa pada abad ke-17, Jatinegara merupakan pemukiman para pangeran dari Kesultanan Banten. Tahun 1661 Cornelis Senen membeli tanah di kawasan yang dialiri Sungai Ciliwung tersebut.
Guru agama Kristen dan kepala kampung yang berasal dari Banda Maluku ini kemudian diberi gelar Meester. Penyebutan Meester masih dipakai hingga saat ini, menjadi salah satu kelurahan yang ada di Jatinegara.
Dengan dibuatnya Jalan Raya Daendels, perkembangan wilayah yang dikuasai Meester Cornelis berkembang pesat dan menjadi pemukiman serta pasar yang ramai.
Perkembangan Jatinegara diikuti dengan pembangunan jalur kereta yang menghubungkan dengan Stasiun Jakarta Kota. Beroperasinya jalur trem uap ini menghubungkan wilayah Kampung Melayu (Meester Cornelis) dengan Kota Intan Batavia pada tahun 1881.
Trem ini melewati Matraman, Kramat, Senen, Harmoni, dan Glodok. Selain itu pada tahun 1925 dioperasikan pula kereta listrik yang menghubungkan Jatinegara dengan Tanjung Priuk serta Manggarai.
Hingga pada abad ke-19, wilayah Meester Cornelis menjadi kota satelit Batavia yang terkemuka dan merupakan ibu kota kawedanan Jatinegara yang melingkupi daerah Matraman, Kebayoran, Bekasi dan Cikarang.
Pada tahun 1936, pemerintah kolonial Belanda menggabungkan wilayah Meester dalam bagian Batavia. Ketika Jepang masuk ke Tanah Air pada tahun 1942, nama Meester Cornelis diganti menjadi Jatinegara dan nama tersebut terus melekat hingga saat ini.
Jadi Tempat Pembuangan Mayat
Selain itu kisah Stasiun Jatinegara tak kalah membuat merinding, stasiun ini menyimpan sisi kelam sejarah perkeretaapian di Indonesia. Stasiun ini dulunya pada masa penjajahan Belanda bernama Rawa Bangke, karena sekitar stasiun ini merupakan rawa yang sangat luas dan jauh dari pemukiman.
Seringkali terjadi pembegalan hingga mayat korban dibuang ke sekitar rawa hingga menimbulkan bau bangkai yang sangat menyengat di sekitar stasiun.
Sejarah Rawa Bangke tak lepas dari kisah pembantaian besar-besaran terhadap kaum Tionghoa yang terkenal dengan sebutan Geger Pacinan pada tahun 1740.
Dimana banyak Tionghoa dibunuh dan mayatnya dibuang ke dalam rawa. Pada masa Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI Jakarta, Rawa Bangke diubah namanya menjadi Rawa Bunga.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators