Awalnya, perundingan dijadwalkan pada tanggal 1 Oktober 1945, namun ditunda selama dua hari tanpa alasan yang jelas.
Pada 3 Oktober, perundingan dilangsungkan di markas Kenpetai. Saat itu, rakyat Pekalongan telah bersiap mengepung markas dengan membawa bambu runcing dan senjata tradisional lainnya.
Mr. Besar menyampaikan tiga tuntutan kepada Jepang, yaitu penyerahan kekuasaan secara damai kepada rakyat Indonesia, pelucutan senjata pasukan Jepang, serta jaminan keamanan bagi para tentara Jepang setelah kekuasaan diserahkan. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh pihak Jepang.
Sementara itu, massa yang menunggu di luar mulai gelisah. Tiga pemuda berteriak dari luar markas, mendesak agar perundingan segera diselesaikan.
Tak lama kemudian, mereka nekat menurunkan bendera Jepang di Kenpetai dan menggantinya dengan bendera merah putih. Aksi ini langsung disambut tembakan dari pasukan Jepang.
Baca Juga: Kilas Balik Teks Proklamasi, Sempat Ditulis oleh Sutan Sjahrir Tapi Dibuang
Ribuan orang yang telah mengepung Kenpetai segera melancarkan serangan terhadap pasukan Jepang, memicu pertempuran sengit.
Sebanyak 37 orang gugur dalam pertempuran ini, sementara 12 lainnya mengalami luka berat.
Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangun Monumen 3 Oktober 1945 di Lapangan Kebon Rojo. Gedung Kenpetai diubah menjadi Masjid Syuhada, dan di depan masjid berdiri patung berbentuk 4 bambu dengan 5 ruas.
Namun, kini patung tersebut telah diganti dengan 3 batang bambu dan 10 ruas, melambangkan peristiwa 3 Oktober.
Setiap tahunnya pada tanggal 3 Oktober, di depan monumen bersejarah tersebut, diadakan upacara dan pertunjukan teaterikal oleh pelajar di Kota Pekalongan.
Penulis: Nadya Mayangsari
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: P2k.stekom.ac.id