Jumat, 10 JANUARI 2025 • 13:09 WIB

Harimau Jawa Disebut Bangkit dari Kepunahan, Benarkah Jadi Mengecil?

Author

Harimau Jawa. (Wikipedia)

INDOZONE.ID - Harimau Jawa yang sudah punah dan menghilang hampir 50 tahun lalu, mungkin masih hidup, begitu riset para peneliti.

Walaupun penelitian mereka mendapat perhatian ilmiah yang jelas, tampaknya ada sejenis kucing besar bewarna belang yang berkeliaran  di pulau Jawa.

Indonesia pernah menjadi rumah bagi tiga subspesies harimau: Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Harimau Jawa (P. tigris sondaica), dan Harimau Bali (P. tigris balica), yang masing-masing hidup di pulau Sumatra, Jawa, dan Bali.

Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) menganggap harimau Jawa dan harimau Bali sudah punah karena perburuan dan hilangnya habitat, sedangkan harimau Sumatera terancam punah.

Baca Juga: Menyingkap Jejak Keberadaan Harimau Jawa yang Sudah Dinyatakan Punah!

Harimau Jawa terakhir dilihat yaitu pada tahun 1976, namun orang-orang terkadang melaporkan bahwa melihat harimau di Jawa sampai hari ini.

Penulis sebuah studi baru, yang diterbitkan pada tanggal 21 Maret di jurnal Oryx, terlihat telah mengonfirmasi keberadaan makhluk itu, usai menganalisis sehelai rambut yang diambil dari sebuah perkebunan di Jawa Barat.

DNA dari rambut tersebut tampak cocok dengan DNA yang diambil dari kulit harimau Jawa yang dikumpulkan pada tahun 1930 dan disimpan di museum, menurut penelitian tersebut.

Tetapi, para ahli genetika harimau sudah menyuarakan kekhawatiran mengenai kredibilitas temuan penelitian tersebut.

Luo Shu-Jin, seorang ahli genetika evolusi di Universitas Peking di Tiongkok, mengatakan kepada Live Science bahwa timnya telah menganalisis ulang data urutan DNA yang disajikan dalam penelitian tersebut dan menemukan kesalahan dan kemampuan kontaminasi sampel.

"Kesalahan tersebut mungkin terjadi karena berbagai alasan yang tidak mungkin dilacak berdasarkan informasi yang diberikan oleh [penulis studi]," kata Luo.

Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia mengumumkan setelah publikasi studi tersebut bahwa mereka tengah mencari lebih banyak bukti bahwa harimau Jawa masih ada.

Benarkah Harimau Jawa Jadi Mengecil?

Beberapa minggu lalu banyak video beredar yang tengah perlihatkan seorang pria bernama Anang mengaku berjumpa dengan harimau.

Saat itu, Anang tengah menyemprot tanaman di tepi hutan sekitar Jawa Tengah-DIY, ketika matanya tertuju pada dua ekor macan besar dan kecil yang sedang berbaring.

Menurutnya, hewan yang dilihat itu adalah harimau, karena mempunyai pola loreng di bagian tubuhnya. Tetapi, ukuran macan ini disebut hanya sebesar kucing, walau lebih gemuk dan kekar.

Hal ini menghadirkan banyak pertanyaan mengenai benarkah yang mereka lihat itu harimau? Atau macan tutul dan kucing lain yang ukurannya memang lebih kecil? Atau jika benar yang dijumpai adalah harimau, apakah spesies endemik yang tersisa di Jawa ukurannya mengecil?

Catatan dari beberapa peneliti Belanda juga menyebutkan ukuran rata-rata harimau Jawa lebih besar dari harimau Sumatera dan harimau Bali, bahkan sedikit lebih besar dari harimau Malaya dengan panjang rata-rata 200-245 cm.

Baca Juga: Tradisi Rampogan Macan: Sajikan Pertarungan hingga Pembunuhan Harimau 

Sedangkan, ukuran jantan berkisar antara 100-140 kg dan betina berkisar antara 75-115 kg. Cerita soal ukuran harimau Jawa inin tertulis dalam Babad Lakbok, sebuah naskah sejarah yang ditulis R. Muh. Sabri Wiraatmadja mulai 1925 dan selesai tahun 1937.

Lakbok merupakan nama tempat yang berasal pada keberadaan harimau besar di sana. Menurut R. A. Danadibrata dalam Kamus Bahasa Sunda, "Lakbok" merupakan bahasa Sunda kuno yang berarti maung nu gede pisan (harimau yang sangat besar).

Harimau besar yang mulai kehabisan habitat untuk tempat persembunyian, kemudian harimau itu kabur ke hutan Cimadang di daerah Padaherang dan menyerang manusia, tetapi akhirnya mati dikepung pemburu. 

Penulis: Nadya Mayangsari

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Livescience.com