Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
INDOZONE.ID - Fatmawati dan Sang Saka Merah Putih menghiasi sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Berkat jasanya ibu negara pertama berasal dari Bengkulu ini ditetapkan sebagai pahlawan nasional dengan gelar Ibu Agung Fatmawati.
Beberapa literatur menyebutkan, Sang Saka Merah Putih dijahit Fatmawati tahun 1944. Bahan kainnya katun Jepang dengan ukuran 274 x 196 Cm.
Fatmawati butuh waktu dua hari untuk menjahit bendera Merah Putih. Ketika itu, Fatmawati sedang hamil tua mengandung Guntur Soekarnoputra.
Baca Juga: Kisah Mistis Kampus UNS, Dibangun di Atas Bekas Kuburan Ada Makam dan Kereta Gaib
Saat menjahit itu, suasana haru menyeliputi perasaan Fatmawati. Karena kondisi keamanan juga sedang genting.
Akhirnya pengorbanan Fatmawati mendampingi Soekarno terbayar lunas. Pada 17 Agustus 1945 Sang Saka Merah Putih akhirnya berkibar untuk pertama kali, saat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56.
Bendera yang dijahit Fatmawati ini dikibarkan Latief Hendraningrat, Suhud Sastro Kusumo dan SK Murti.
Bendera jahitan Fatmawati dikibarkan setiap peringatan kemerdekaan RI dalam rentang waktu tahun 1946 hingga 1968. Sejak tahun 1969 bendera Pusaka tersebut tidak dikibarkan lagi dan disimpan di Istana Negara.
Mesin jahit yang digunakan Fatmawati itu saat ini tersimpan di Rumah Fatmawati di Bengkulu yang kini menjadi museum. Tepatnya di Jl. Fatmawati No.10, Kelurahan Penurunan, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu.
Mesin buatan The Singer Manufacturing Company (Singer) tersebut masih sangat kokoh. Fisiknya terbuat dari besi, namun beberapa bagian sudah tidak berfungsi. Pengoperasiaannya manual tanpa pedal dengan cara memutar tuas di bagian kanan.
Marwan Amalidin, kerabat yang mengurus rumah Fatmawati menuturkan, awalnya mesin jahit tersebut berada di kediaman Farmawati di Jakarta. Lalu sekitar tahun 1990 dipindahkan ke Bengkulu.
"Sampai sekarang kondisinya masih bagus. Masih terawat. Tetapi tidak digunakan lagi," terang Marwan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators